Dari sekian banyak kekayaan
alam yang dihadirkan di Maluku Utara, adalah Bacan sebuah nama pulau, sekaligus
nama kerajaan, nama batu mulia yang telah melambungkan
namanya ke mancanegara. Untuk yang terakhir itu, bacan sebagai nama
jenis batu mulia telah tersohor hingga ke luar negeri bukan hanya di
masa sekarang melainkan sejak abad pertengahan dimana kawasan ini
menjadi pusat rempah-rempah dunia.
Meski kemasyuran batu bacan
menguat beberapa tahun belakangan di kalangan peminat batu mulia namun
sebenarnya orang di kawasan empat kerajaan Maluku (Terante, Tidore,
Jailolo, dan Bacan) sudah mengetahui jauh sebelumnya.
Nama pulau
penghasil batu bacan sendiri adalah Pulau Kasiruta. Akan tetapi, nama bacan diawali dari tempat pertama kali batu itu
diperdagangkan, yaitu Pulau Bacan yang tidak seberapa jauh jaraknya dari
Pulau Kasiruta.
Batu bacan berasal dari Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Di daerah asalnya, kepopuleran bacan sudah berlangsung sejak lama.
Batu ini menjadi buruan karena warnanya diyakini bisa berubah. Dengan
cahaya kristal yang terpancar dari dalam bacan, mampu memikat seluruh
pecinta dan kolektor batu akik untuk mengkoleksinya.
Menurut seorang kolektor, batu bacan yang paling dicari adalah bacan doko. Sebab, warnanya bisa berubah dan ada cahaya kristalnya. "Makanya sampai dibilang bernyawa karena bisa berubah warna dan paling mahal harga jualnya," ujarnya. Kesimpulannya, memang peninggalan warisan kerajaan Maluku berupa batu Bacan ini sangat mengagumkan para kolektor dan peminat akik lokal.
Menurut seorang kolektor, batu bacan yang paling dicari adalah bacan doko. Sebab, warnanya bisa berubah dan ada cahaya kristalnya. "Makanya sampai dibilang bernyawa karena bisa berubah warna dan paling mahal harga jualnya," ujarnya. Kesimpulannya, memang peninggalan warisan kerajaan Maluku berupa batu Bacan ini sangat mengagumkan para kolektor dan peminat akik lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar